Sabtu, 30 Maret 2013

Malin Kundang Anak Durhaka

Posted by Unknown On 07.20 | No comments


     Dahulu kala di Padang Sumatra tepatnya di perkamoungan Panyai Air Manis ada seoang janda bernama Mande Rubayah. Ia mempunyai seorang anak laki-laki Bernama Milin Kundang. Malin sangat disukai Ibunya, karena sejak kecil Malin sudah ditinggalkan Ayahnya karena meninggal. 
     Setiap hari Ibunya menjual kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak panas sekali. Ibunya tentu merasa panik apalagi tidak biasanya Malin mengalami sakit seperti itu. Ibunya terus berusaha mengobati Malin dengan mendatangkan Tabib. Berkat kerja keras ibunya nyawa Malin yang hampir melayang akhirnya dapat terselamatkan. Setelah sembuh Ibunya sangat bersyukur dan Malinpun semakin sayang kepada Ibunya.
     Ketika sudah dewasa Ia berpamitan kepada Ibunya untuk pergi merantau. Pada saat itu kebetulan ada ada Kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis. "Bu, ini kesempatan yang baik untuk saya" kata Malin. "Belum tentu ada Kapal besar yang merapat di pantai ini setiap tahunnya. Saya akan bekerja keras untuk memperbaiki nasib sehingga menjadi orang kaya."
     Meskipun berat hati akhirnya Mande Rubayah mengijinkan anaknya pergi dan membekalinya nasi bungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus. 
Hari-hari telah berlalu, pagi dan sore Mande Rubayah terus memandang ke laut. Ia selalu bertanya dalam hati dimanakah  anaknya sekarang. Jika ada ombak dan badai besar dadanya berdebar-debar dan berdoa semoga anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang marapat Ia selalu menyakan kabar anaknya namun tidak satupun yang yang memberikan jawaban yang memuskan. Malinpun tidak pernah menitipkan barang ataupun pesan kepada Ibunya. Itulah yang dilakukan Mande setiapk harinya selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia dan jalannyapun mulai terbungkuk-bungkuk.
     Pada suatu hari Ia mendapat kabar dari seorang nakoda yang dulu membawa anaknya bahwa Malin sekarang menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang bangsawan yang kaya raya. Mandepun sangat gembira mendengar hal itu dan selalu berdoa semoga anknya selamat dan segera kembali untuk menjenguknya.
     Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar itu Malin belum juga datang menongaknya. Namun ia yakin bahwa suatu saat anaknya itu akan datang. 
     Harapannyapun terkabulkan, dimana suatu hari dipagi yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah berlayar menuju pantai. Orang-orang mangira bahwa kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
     Saat kapal itu merapat, tampak seotrang muda mudi berdiri di anjungan. Pakaian merekan tampak berkilauan terkena sinar matahari. Wajahnya tampak cerah dihiasi senyum. Wargapun berdesak-desakan ingin melihat pemida dan pemudi itu begitupun dengan Mande Rubayahikut berdesakan dan mendekati kapal. Ia sangat yakin sekali bahwa lelaki itu adalah anak kesayangannya si Malin Kundang. Iapun langsung mendekatinya dan memeluk Malin erat-erat seolah-seolah tidk ingin kehilangan anaknya lagi.
     Malin, anakku"katanya sambil menahan isak tangis kerena gembira. "Mengapa kamu tidak pernah memberi kabar?"
     Malin terpana dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang-camping. Ia tidak percaya bahwa wanita itu dalah ibunya. Seingat Malin Ibunya dalah seorang yang berbadan tegar yang kuat menggendongnya kemana-mana. Sebelum ia berfikir dengan tenang, istri Malin meludahinya dan berkata"inikah Ibumu?, mengapa kau membohongiku?, bukankah dulu kau berkata bahwa Ibumu adalah seorang bangsawan sederajat dengan kami?."
      Mendengar kata Istrinya, Ia lalu mendorong wanita itu dan terguling ke pasir dan saat hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya dan berkata "Hai, Perempuan Tua!Ibuku tidak seperti engkau, melarat dan dekil....!"
     Wanita tua itu kemudian terkapar di pasir dan orang-orangpun kembali ke rumah masing-masing. tak disangka Malin yang dulu sangat disayangi tega berbuat demikian. Mande yang terbaring pingsan, saat sadar Pantai Air Manis sudah sepi dan saat melihat ke laut Kapal Malin semakin menjauh. Dan hatinya yang perih seperti ditusuk-tusuk kemudian menengadahkan tangan menghadap ke langit lalu berseru dengan hati yang pilu "Ya, Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi, namun jikalau memang dia benar anaku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, ya Tuhan.....!".
     Tak lama kemudian, cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap, hujan tiba-tiba turun dengan lebat. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba datang badai besar menghantam kapal Malin Kundang yang disusul dengan sambaran petir menggelegar. Seketika itulah kapal yang digunakan Malin hancur berkeping-keping dan tehempas ombak hingga ke pantai.
     Ketika matahari memancarkan sinarnya di pagi hari, badai telah reda. Di kaki bukit kepingan kapal yang telah menjadi batu, itulah kapal Malin Kundang. Tidak jauh dari tempat itu tampak sebongkah batu yang menyerupai manusia, konon itulah tubuh Malin Kundani anak durhaka yang terkena kutukan ibunya menjadi batu. dan di sela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan iakn tenggiri. Konon ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.
     Sampai sekarang jika ombak besar menghantam batu itu terdengar bunyi jeritan orang yang meminta tolong. Kadang-kadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri, sungguh memilukan.
     Seperti itulah ganjaran orang yang durhaka terhadap orang tuanya. Semoga cerita di atas bisa menjadi palajaran bagi kita semua untuk selalu berbakti kepada kepada keuda orang sebab orang yang durhaka kepada orang tuanya tidak akan bisa masuk surga, kecuali mendapat pengampunan dari mereka.

0 komentar:

Posting Komentar


Entri Populer